Minggu, 05 Juni 2011

Teknik Penangkaran Rusa Timor


TEKNIK PENANGKARAN RUSA TIMOR
(Cervus timorensis timorensis) DI  NTT

Oleh :  Mariana Takandjandji
                                                                 Edy Sutrisno

 

RINGKASAN


Keberadaan populasi Rusa Timor (Cervus timorensis timorensis) di NTT dirasakan semakin menurun, sejalan dengan semakin bertambahnya penduduk yang menyebabkan semakin banyak pula manusia yang berburu rusa dan semakin banyak yang merusaki habitatnya. 
Upaya penangkaran Rusa Timor di NTT merupakan suatu terobosan yang memiliki unsur kelestarian khususnya pada satwa endemik agar tidak terjadi kepunahan.  Upaya ini merupakan langkah awal agar dapat memanfaatkan rusa sebagai hewan ternak yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi.
Oleh karena itu, diharapkan penangkaran Rusa Timor ini dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan, khususnya di NTT dengan cara memanfaatkan rusa secara optimal dengan tetap mempertimbangkan aspek kelestariannya.

I.  PENDAHULUAN

Status rusa di Indonesia hingga saat ini masih merupakan satwa liar yang dilindungi oleh Undang-undang.  Hal ini disebabkan oleh populasi rusa di alam semakin menurun sebagai akibat adanya perburuan liar untuk berbagai kepentingan, pengrusakan habitat sehubungan dengan pertambahan penduduk yang cenderung meningkat, serta pola perladangan yang berpindah-pindah khususnya di NTT.
Rusa Timor (Cervus timorensis timorensis) merupakan salah satu dari 8 spesies Rusa Timor yang penyebarannya terdapat di pulau Timor, Alor (pulau Kambing, Pantar, dan pulau Rusa), Rote, dan pulau Semau.  Potensi sumberdaya alam yang dimiliki ini, perlu dipertahankan agar masyarakat dapat memanfaatkan hasilnya dengan tetap memperhatikan unsur kelestariannya.  Namun apabila satwa ini terus diburu tanpa adanya suatu upaya untuk menjaga kelestariannya, suatu saat akan mengalami kepunahan dari bumi NTT.
Untuk menyelamatkan dan mencegah Rusa Timor dari kepunahan, diperlukan suatu upaya pelestarian di luar habitat alami (ex-situ) yakni dengan cara penangkaran.  Penangkaran adalah suatu teknik budidaya satwa yang dilakukan di suatu tempat tertentu guna memperbanyak populasi, untuk kemudian dapat dilepas kembali ke alam.
Penangkaran Rusa Timor di NTT mempunyai tujuan agar kegiatan ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam perlindungan dan pelestarian alam (melalui penangkaran, rusa dapat dilestarikan dan diselamatkan dari kepunahan); meningkatkan kesejahteraan masyarakat (dagingnya sebagai sumber protein yang dapat dikonsumsi untuk pemenuhan kebutuhan gizi dan tanduk dapat dijadikan obat); sebagai pendukung kegiatan penelitian/pendidikan/pariwisata; dapat mencipta kan lapangan kerja; dan dapat meningkatkan kesuburan tanah/lahan hutan.
Dengan demikian, penangkaran Rusa Timor di NTT diharapkan dapat menghasilkan teknologi budidaya yang tepat guna dan berhasil guna sehingga masyarakat dapat mengadopsi teknologi yang telah dihasilkan.


II.  SISTEM PENANGKARAN

Secara umum, penangkaran rusa terbagi atas 3 sistem yakni  sistem terkurung, semi terkurung, dan sistem bebas.  Namun penetapan sistem penangkaran, tergantung pada ketersediaan dana/biaya, luas lahan, dan tenaga kerja.
Penangkaran Rusa Timor yang dilakukan di NTT oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara, menggunakan sistem terkurung dan semi terkurung.  Sistem terkurung dilakukan dengan cara rusa dipelihara pada suatu areal yang dikelilingi pagar dan pakan diberikan dari luar dengan cara pengaritan (cut and carry).  Sistem ini dilakukan di Oilsonbai, kodya Kupang, dengan luas lahan ± 0,5 ha.  Sedangkan sistem semi terkurung, dilakukan dalam bentuk mini ranch di Bu’at, SoE, kabupaten Timor Tengah Selatan seluas 6,3 ha. Sistem ini dilakukan dengan cara memelihara pada suatu areal yang luas, dipagari, dan rusa dibiarkan merumput sendiri tetapi kadang-kadang pakan disuplai dari luar apabila pakan di dalam areal tidak mencukupi.

III.  PERSYARATAN LOKASI PENANGKARAN

Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam penetapan lokasi penangkaran rusa, antara lain :
Ø  berada di luar kawasan suaka alam,  
Ø  terletak di tempat yang tenang, dan aman dari gangguan,
Ø  mudah dicapai/ditempuh baik pada musim hujan maupun musim kemarau,
Ø  tersedia air yang banyak sepanjang tahun untuk keperluan minum, pembersihan kandang, penyiraman pakan, maupun untuk berkubang,
Ø  topografi rata sampai bergelombang ringan,
Ø  luas lahan minimal 0,5 ha dan atau sesuai kebutuhan,
Ø  terisolasi dari pengaruh binatang/ternak lain,
Ø  permukaan tanah bertekstur halus, bukan batu karang yang tajam/kasar,
Ø  tersedia pohon-pohon peneduh/shelter karena rusa memerlukan tempat untuk berteduh dan berlindung dari panas atau hujan,
Ø  mudah mendapatkan hijauan yang dapat dijadikan sebagai pakan.

IV.  SARANA DAN PRASARANA PENANGKARAN
1.  Kandang :
Fungsi kandang adalah sebagai tempat berlindung dari hujan, panas, dan predator; tempat berteduh dan beristirahat; tempat berkembangbiak; tempat untuk makan dan minum; tempat merawat rusa yang sakit; dan sebagai tempat untuk mengontrol. 
Bahan kandang yang digunakan terdiri dari kayu, besi siku, kawat ram, dimana tiang-tiangnya dibangun di atas pondasi dengan ukuran kandang untuk 1 ekor rusa dewasa 2,0 m².  Ukuran kandang rusa menggunakan pembanding dan acuan dari 1 ekor kambing/domba membutuhkan 1,0 m²  sementara untuk rusa, dikalikan 2.
            Syarat kandang rusa yang baik adalah diberi pintu, agar mudah dalam penanganan sehari-hari terutama dalam pemberian pakan, penangkapan untuk penimbangan berat badan dan pengukuran, pemberian tanda, pemeriksaan kesehatan, dan pemberian perlakuan lainnya.   Di samping itu, drainase pada lantai kandang diusahakan agar tidak becek, dan lembab.  Kandang rusa juga sebaiknya disekat sesuai dengan status fisiologis.
            Kandang rusa terdiri dari berbagai bentuk tergantung kegunaannya.  Jenis-jenis kandang tersebut antara lain :
a.   Yard
Kandang ini berbentuk bulat/melingkar, yang digunakan untuk perawatan rusa, dan sebagai tempat bagi rusa yang sedang bunting atau melahirkan. 

Syarat kandang yard adalah, dinding terbuat dari papan yang kuat dengan tinggi minimum 2,0 m dan berbentuk melingkar, tertutup rapat, sehingga rusa mudah diberi perlakuan tanpa menimbulkan kepanikan/stress.
b.    Bangunan Peneduh
       Bangunan ini berfungsi sebagai tempat berteduh karena mempunyai atap dan dinding, dengan maksud untuk menghindari terpaan air hujan.  Bangunan ini sangat diperlukan dalam penangkaran rusa yang menganut sistem terkurung.  Sedangkan penangkaran rusa yang menggunakan sistem bebas, dapat menggunakan pohon-pohon yang rindang atau semak belukar sebagai tempat berteduh.  Atap bangunan peneduh terdiri dari alang-alang/rumbia, atau seng sedangkan dinding dari pohon gewang (bahasa lokal “bebak”) atau tembok dengan tinggi dinding minimal 50 cm.  Bangunan ini berukuran 1 m² untuk 1 ekor rusa dewasa, dan terletak di dalam masing-masing kandang/sekat. 

2.  Pagar
Pagar dibuat mengelilingi areal penangkaran, dengan bahan yang terdiri dari tiang pagar (besi siku, beton, atau pagar hidup) dan kawat (harmonika/ram, dan kawat duri).  Tinggi tiang pagar minimum 2,5 m dari permukaan tanah, ditanam pada kedalaman 50 – 75 cm dengan pondasi beton.  Ujung bagian atas dari besi siku dibengkokkan sepanjang 0,5 m dan pada bagian yang dibengkokkan diberi kawat duri sebanyak 3 – 4 baris.  Jarak antar tiang pagar maksimal 2,0 m.  Selain itu, tiang pagar yang berasal dari pohon hidup,  ditanam di sekeliling pagar.  Tinggi pagar hidup 2,5 m dari permukaan tanah dan ditanam dengan kedalaman 50 – 75 cm.  Diameter batang pohon hidup minimum 10 cm.  Pohon hidup ditanam di antara tiang besi siku, untuk membantu penguatan pagar.

3.  Areal Pengembangan Pakan
Areal pengembangan pakan merupakan salah satu sarana yang sangat penting di dalam penangkaran karena produktivitas dan perkembangbiakan rusa sangat tergantung oleh pakan.  Luas lahan yang dibutuhkan untuk memelihara/menangkarkan rusa sebanyak 11 ekor adalah ± 0,3 ha.  Kebutuhan lahan ini didekati dengan cara mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi oleh seekor rusa dewasa dengan jumlah rata-rata produksi pakan dalam 1 ha.  Menurut Reksohadiprodjo (1982), 1 ha areal penanaman pakan yang apabila dikelola secara intensif dan berada pada daerah basah dengan irigasi yang baik, akan menghasilkan 270.000 kg/ha/tahun.  Namun untuk kondisi NTT yang merupakan daerah kering/semi arida, diasumsikan sebanyak 135.000 kg/ha/tahun (dibagi 2).  Areal pengembangan pakan harus dikelola secara intensif untuk menjaga kualitas dan kuantitas jenis pakan terutama pada musim kemarau.
            Jenis pakan yang ditanam disesuaikan dengan jenis-jenis yang disukai rusa, tahan terhadap kekeringan dan terdiri dari jenis rumput (graminae) dan leguminosae.  Jenis pakan tersebut, dapat dilihat pada Tabel 1.  Selain mengambil pakan dalam areal, dapat juga memanfaatkan jenis pakan yang terdapat di luar areal seperti pucuk atau daun muda dari pohon kabesak, beringin, name, dan busi (nama lokal). 




Tabel 1.  Jenis Pakan Rusa Timor di Penangkaran NTT

No.
Jenis Pakan Rusa Timor di Penangkaran NTT

Nama Lokal/Daerah
Nama Latin
Famili
1.
Rumput Gajah
Pennisetum purpureum
Graminae
2.
Rumput Raja
Pennisetum purpuphoides
Graminae
3.
Rumput Setaria
Setaria sphacelata
Graminae
4.
Rumput Benggala
Panicum maximum
Graminae
5.
Turi
Sesbania grandiflora
Leguminosae
6.
Lamtoro
Leucaena leucocephalla
Leguminosae
7.
Kabesak (nama local)
Acacia leucophloea
Leguminosae
8.
Beringin
Ficus benjamina
Moraceae
9.
Name (nama local)
Pipturus argenteus
Urticaceae
10.
Busi (nama local)
Melochia umbellata
Sterculiaceae
11.
Rumput Lapangan
Macam-macam

12.
Dedak Padi


Sumber : Takandjandji, 1994

4.  Tempat Makan
Makanan yang diberikan pada rusa berupa hijauan segar dan makanan tambahan yakni dedak.  Tempat makan yang digunakan berbentuk palungan berukuran panjang 1,5 – 2,0 m dan lebar 0,5 m atau dapat pula berbentuk bulat segi 6 berukuran diameter 50 – 75 cm dengan tinggi 30 cm dari atas permukaan tanah agar tidak terinjak oleh rusa.
Bahan yang digunakan untuk membuat tempat makan terdiri dari papan, kayu, atau seng polos/licin.  Tempat makan diletakkan di tengah atau di sudut kandang dan diusahakan setiap kandang terdapat 1 buah tempat makan.

5.  Tempat Minum
Rusa memerlukan air untuk minum, dan berkubang.   Oleh karena itu, air tersebut sebaiknya selalu dalam keadaan bersih.  Pada musim kawin, rusa jantan sangat menyenangi air sebagai tempat berkubang sambil meraung-raung.  Tempat minum yang digunakan sebaiknya berbentuk bak tembok persegi panjang berukuran 1,0 m x 0,5 m x 30,0 cm yang dibenamkan ke dalam tanah atau berbentuk kolam dilengkapi dengan pembuangan.  Bentuk ini digunakan untuk menghindari rusa jantan yang sering menanduk.  Letak tempat minum bisa di tengah atau di sudut kandang dan setiap kandang diusahakan terdapat 1 tempat minum.

6.  Jalan Kontrol
Jalan kontrol pada berfungsi sebagai jalan untuk mengontrol dan memberi pakan.  Lebar jalan kontrol adalah 1,5 – 2,0 m dan sebaiknya terletak di sepanjang pinggir kandang.

7.  Saluran Air
Air diperlukan untuk mengairi pakan, pemeliharaan kandang, dan rusa.  Suatu penangkaran sebaiknya mempunyai bak penampung dan menara air lengkap dengan generator karena kondisi di NTT umumnya pada musim kemarau sulit memperoleh air.

8.  Gudang dan Peralatan
Bangunan ini berfungsi untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan penangkaran, alat-alat pertanian untuk pemeliharaan pakan, pakan rusa berupa dedak, dan obat-obatan.

V.  Teknik Pemeliharaan

1.  Pemeliharaan Rusa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penangkaran rusa antara lain pengelompokan rusa, penyapihan anak, kesehatan, dan penandaan/pemberian nomor/tagging.
a.    Pengelompokkan Rusa
Pemeliharaan Rusa Timor dikelompokkan berdasarkan status fisiologi yakni :
Ø  jantan dan betina yang telah siap kawin, 
Ø  jantan yang belum siap kawin (baru disapih),
Ø  betina yang belum siap kawin (baru disapih),
Ø  betina yang sedang bunting,
Ø  betina yang melahirkan, dan
Ø  rusa yang sakit.
Manfaat dari pengelompokan rusa tersebut, adalah :
Ø  memudahkan dalam pemberian pakan sesuai kebutuhan,
Ø  memudahkan dalam pengaturan perkawinan,
Ø  menjaga pejantan agar tidak mengganggu rusa yang lain,
Ø  keamanan bagi induk yang bunting dalam proses kelahiran,
Ø  ketenangan bagi induk yang menyusui dalam merawat anak,
Ø  menghindari perkawinan sebelum waktunya,
Ø  memperoleh kesempatan makan bagi rusa yang baru disapih, dan
Ø  memudahkan penanganan bagi rusa yang sakit.
b.    Penyapihan Rusa
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan rusa yakni penyapihan anak dimana induk betina harus bersatu dengan anak sampai berumur 4 bulan, agar anak rusa mendapat air susu lebih banyak.  Penyapihan sebelum berumur 4 bulan, misalnya ditinggal mati oleh induk, diperlukan penambahan air susu dari luar dengan menggunakan dot atau sendok.  Setelah disapih, pemeliharaan tetap terpisah antara jantan dan betina untuk menghindari kemungkinan terjadi perkawinan lebih awal.
c.    Kesehatan
Kesehatan rusa merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius agar produktivitas rusa semakin meningkat.  Selama penangkaran rusa berjalan, kematian dalam penangkaran lebih banyak terjadi pada musim hujan yakni pada anak rusa (27 %) dan rusa dewasa (9 %).  Penyakit yang pernah menyerang pada musim hujan adalah pneumonia (radang paru-paru) sebagai akibat kandang yang becek dan lembab.  Sedangkan kematian pada rusa dewasa lebih banyak disebabkan oleh faktor makanan, lingkungan, dan stress akibat penanganan.
Upaya pencegahan dan pemberantasan hama penyakit pada Rusa Timor, dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sanitasi lingkungan kandang, pemberian pakan yang memenuhi standar gizi, memperbaiki teknik penanganan, dan vaksinasi, serta pemberian obat sesuai jenis penyakit dan anjuran medis/veterinair.
d.    Penandaan (tagging)
Penandaan atau pemberian nomor pada rusa merupakan hal penting dalam manajemen penangkaran.  Penandaan sebaiknya dilakukan sebelum anak rusa disapih.  Tujuan penandaan atau pemberian nomor, adalah :
Ø  untuk mengetahui silsilah (pedigree),
Ø  untuk mengetahui umur,
Ø  memudahkan dalam pengontrolan,
Ø  memudahkan dalam pengenalan individu, dan
Ø  untuk memudahkan pengaturan perkawinan.

Cara penandaan atau pemberian nomor pada rusa yang dilakukan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara, adalah :
Ø  nomor ditulis pada potongan plastik yang tebal atau papan dengan menggunakan paku/kawat agar tidak mudah hilang,
Ø  potongan tersebut digunting/dipotong,
Ø  gantung pada leher rusa dengan menggunakan tali tambang berdiameter 5 mm
Ø  tali tambang dimasukkan ke dalam selang berukuran 2 dim,
Ø  penulisan nomor menggunakan 4 – 5 angka.  Angka pertama menunjukkan akhiran dari tahun kelahiran; angka kedua dan ketiga adalah bulan kelahiran; angka keempat menunjukkan nomor induk (akhirannya saja); dan angka kelima merupakan nomor urut anak.  Contoh nomor 3223, yaitu 3 menunjukkan bahwa anak rusa lahir pada tahun 2003; 2 menandakan bulan Pebruari; 2 menandakan induk yang melahirkan mempunyai nomor berakhiran 2; dan 3 berarti induk tersebut telah melahirkan sebanyak 3 kali.
 2.  Pemeliharaan Pagar dan Kandang
Pemeriksaan dan pemeliharaan pagar dan kandang dilakukan secara teratur agar rusa tidak ke luar kandang karena kerusakan pagar.  Pengalaman membuktikan bahwa kerusakan pagar lebih sering terjadi pada saat musim kawin karena pada saat itu, tanduk rusa jantan menjadi sangat gatal sehingga kawat merupakan salah satu sasarannya.  Di samping itu, lingkungan dan sanitasi dalam kandang harus tetap terjaga agar tidak lembab terutama pada saat musim hujan.
3.   Pemeliharaan Pakan
Pemeliharaan pakan harus sering dilakukan agar memperoleh pakan yang baik dan selalu tersedia secara kontinyu sepanjang musim, dengan cara pembersihan, pengolahan tanah, pemupukan, pendangiran, dan penyiraman.  Pembersihan rumput liar dan pendangiran dilakukan 3 bulan sekali sedangkan pengolahan tanah dan pemupukan dilakukan 1 tahun sekali.
4.   Teknik Pemberian Pakan
Pemberian pakan segar (hijauan) pada Rusa Timor di NTT didasarkan pada bobot badan rusa, dengan perhitungan 10 % x bobot badan x 2.  Maksud dikalikan 2 yakni diperhitungkan dengan jumlah hijauan yang tidak dimakan karena sudah tua, tidak disenangi/palatable, kotor karena terinjak-injak, dan telah bercampur dengan urine/faeces.
Pemberian pakan harus selalu disertai dengan pemberian garam sebagai perangsang nafsu makan dan untuk memenuhi kebutuhan mineral.  Khusus untuk rusa yang menggunakan system terkurung, pemberian pakan dilakukan dengan cara pengaritan dimana hijauan dipotong lalu diberikan pada rusa dalam kandang, baik musim hujan maupun musim kemarau.  Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali dalam sehari (pagi, siang, dan sore) sedangkan pemberian pakan tambahan berupa dedak padi diberikan 3 kali dalam seminggu sebanyak 0,5 kg/ekor. 
Pemberian pakan bagi rusa yang sedang bunting, harus lebih intensif baik kualitas maupun kuantitas karena peranan makanan sangat penting untuk pertumbuhan janin di dalam rahim dan juga berguna untuk mempertahankan kondisi tubuh induk.  Sedangkan pemberian pakan pada anak rusa, dimulai pada umur 2 minggu dengan cara memberikan hijauan muda (pucuk) yang dipotong kecil-kecil.


VI.  TEKNIK REPRODUKSI


Reproduksi adalah suatu proses biologi yang terjadi antara jantan dan betina dengan tujuan untuk membentuk satu individu baru di dalam kehidupannya.  Secara ideal, perbandingan antara jantan dan betina di dalam suatu penangkaran adalah 1 : 4 atau 1 ekor jantan dan 4 ekor betina.
Berahi menandakan bahwa betina telah mengalami dewasa kelamin dan bersedia menerima pejantan dalam perkawinan.  Berahi terjadi hampir bersamaan dengan pengeluaran sel telur dari kandung telur (ovulasi) di mana terjadi pertemuan antara sel telur dengan sel kelamin jantan dalam proses pembuahan untuk pembentukan suatu makhluk baru. 
Tanda-tanda berahi pada rusa betina adalah :
Ø  nafsu makan berkurang,
Ø  tidak tenang,
Ø  berdiri tenang apabila dinaiki jantan atau sesama betina,
Ø  sering kencing,
Ø  mencium dan menjilat alat kelamin jantan,
Ø  vulva (alat kelamin betina paling luar) terlihat membengkak, merah, dan apabila dipegang terasa hangat (3 A).
Sedangkan tanda-tanda berahi pada jantan adalah :
Ø  sering meraung,
Ø  sering berkubang,
Ø  menancapkan tanduk ke tanah/pohon/kawat,
Ø  sering mencium dan membaui urine yang dikeluarkan rusa betina sambil menjulurkan lidah. 
Lama berahi pada rusa diamati mulai dari permulaan timbulnya keinginan untuk kawin hingga saat berakhirnya keinginan tersebut.   Rata-rata lama berahi 2,25 hari dengan siklus berahi 20,25 hari (Takandjandji, dkk., 1998).
Pubertas atau dewasa kelamin pada jantan ditandai oleh kesanggupan berkopulasi (kawin) dan menghasilkan sperma, disamping perubahan-perubahan kelamin sekunder lain.   Sedangkan pubertas pada betina ditandai oleh terjadinya estrus/berahi, ovulasi, dan dapat bereproduksi atau menghasilkan keturunan walaupun belum mencapai umur dewasa tubuh (bobot badan belum mencukupi).  Dewasa kelamin terjadi sebelum dewasa tubuh.  Rata-rata umur pubertas pada rusa jantan 8 bulan dan betina 8,13 bulan (Takandjandji, dkk., 1998). 
Perkawinan pertama pada rusa betina dara dilakukan beberapa bulan setelah mencapai dewasa kelamin (pubertas).  Apabila perkawinan dilakukan pada saat pubertas, induk akan sulit melahirkan bahkan anak yang dilahirkan cenderung lemah, kurang sehat, bobot lahir rendah, dan pertumbuhan induk akan kerdil karena organ-organ reproduksi belum berkembang secara sempurna.  Umur yang tepat untuk mengawinkan betina dara adalah 15,25 bulan dan jantan 12,67 bulan.  Perkawinan rusa ditunjukkan oleh adanya musim kawin yang jelas.  Rata-rata musim kawin pada Rusa Timor di penangkaran adalah bulan Januari – Pebruari.  Bagi rusa yang telah berproduksi, perkawinan dilakukan saat rusa betina sedang berahi tetapi pada rusa yang Rata-rata lama kawin 2,33 detik dengan frekuensi kawin 2,14 kali/hari.

Permulaan pembuahan pada rusa sulit diketahui, sehingga yang dijadikan tolok ukur dalam menentukan kebuntingan adalah perilaku setelah terjadi perkawinan dimana terlihat rusa betina lebih tenang, perut sebelah kanan membesar, susu (ambing) menurun, dan selalu menolak/menghindar apabila didekati oleh jantan.  Rata-rata lama bunting pada Rusa Timor 8,38 bulan dengan umur kebuntingan pertama 17,00 bulan.

Aktivitas kelahiran (partus) pada rusa sama seperti halnya mamalia lainnya, terdiri dari 3 tahap yakni kontraksi uterus, pengeluaran anak (foetus), dan pengeluaran placenta. 

Rusa Timor termasuk dalam golongan beranak tunggal dan rata-rata musim melahirkan pada bulan September.  Rata-rata umur beranak pertama 25,50 bulan dengan rata-rata interval kelahiran pertama dan kedua 13,25 bulan.


TEKNIK PEMINDAHAN


1.   Penangkapan Rusa
Cara menangkap rusa agar tidak menimbulkan cidera pada petugas dan rusa itu sendiri, antara lain dengan menjepit leher dengan tangan kanan, ke dua mata ditutup menggunakan tangan kiri agar dapat mengurangi stress sementara petugas lainnya, memegang ke dua pangkal paha dari arah samping.  Penangkapan ini membutuhkan tenaga 2 – 3 orang dan pada rusa jantan yang mempunyai tanduk kokoh atau sempurna, harus mendapat perhatian yang lebih serius karena sangat galak dan liar.

2.   Pengangkutan Rusa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan rusa, adalah apabila jarak pengangkutan sangat jauh dan membutuhkan waktu yang lama, sebaiknya menggunakan peti/kandang berbentuk persegi 4.  Satu buah peti/kandang, berisi 1 ekor rusa berukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 m.  Peti/kandang terbuat dari kayu/papan/besi dan kawat ram yang tertutup rapat agar rusa tidak stress tetapi harus mempunyai lubang udara.  Pembuatan peti/kandang diusahakan agar rusa dapat berdiri tegak dan bergerak bebas.  Selama dalam perjalanan, rusa harus diberi makan dan minum.  Diusahakan sebelum berangkat dan setelah tiba di tempat yang dituju, rusa disuntik dengan obat anti stress.  Sebaiknya pengangkutan dilakukan pada sore atau malam hari, agar rusa tidak kepanasan.

ANALISIS EKONOMI


Rusa merupakan salah satu sumberdaya alam yang pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal.  Pemanfaatan rusa di NTT masih mengandalkan potensi di alam dan masih terbatas hanya untuk pemenuhan kebutuhan keluarga akan daging.  Padahal rusa memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi baik daging maupun hasil ikutan lainnya. 

Daging, kulit, dan tanduk (muda dan tua/keras) merupakan komoditas yang bernilai mahal.  Daging rusa (venison) mempunyai tekstur lembut, dan berwarna merah, serta kolesterol rendah sehingga sangat digemari orang.  Produktivitas dan produksi rusa lebih unggul dibandingkan dengan sapi, kambing, dan domba karena prosentase karkas yang dihasilkan relatif lebih tinggi.  Produk hasil rusa yang juga memiliki keunggulan antara lain kulit, dan tanduk.  Produk ini memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan dapat diproduksi tanpa harus menyembelih rusa.  Dalam dunia pengobatan, tanduk yang masih muda (velvet) dapat digunakan orang sebagai ramuan obat-obatan.

Menurut Chaniago (1989), harga tanduk muda (velvet) tahun 1981 di pasaran international adalah $ 90/kg.  Berat tanduk muda rata-rata 1,0 – 2,5 kg tergantung pada umur pejantan. Tanduk digunakan sebagai bahan obat-obatan tradisional Cina karena mengandung macam-macam mineral dan hormon terutama hormon testoteron.   Tanduk dipotong pada umur 50 – 70 hari dan dilakukan setelah rusa dibius, kemudian tanduk tersebut didinginkan, kemudian dikeringkan dan dieksport.

Menurut Takandjandji dan Garsetiasih (2002), Rusa Timor dewasa di penangkaran NTT mempunyai berat hidup rata-rata 50 – 70 kg, dengan rata-rata berat karkas sebesar 20,0 - 31,0 kg   atau 44,3 – 62,0 % dari berat hidup.  Karkas adalah berat daging tanpa kepala, kaki, dan jeroan dan berat karkas tersebut dipengaruhi oleh pakan, umur, jenis kelamin, dan lingkungan.

Analisis finansial terhadap penangkaran Rusa Timor ini, menggunakan hasil-hasil penelitian yang telah diperoleh, literatur, dan asumsi-asumsi, antara lain :

a.    menggunakan rusa dewasa sebagai bibit berumur 12 – 15 bulan atau yang telah siap kawin dan merupakan hasil penangkaran, sebanyak 5 ekor dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 4 atau 1 ekor jantan dan 4 betina
b.    menggunakan model kandang penangkaran Rusa Timor Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara
c.    waktunya  10 tahun karena umumnya Rusa berproduksi 10 – 15 tahun
d.    nilai tanah/lahan dan pajak tidak dimasukkan dalam hitungan
e.    faktor resiko kematian 25 %
f.     umur 4 bulan, anak rusa disapih
g.    waktu yang dibutuhkan sampai menghasilkan keturunan untuk kemudian dijual yakni ± 30 bulan (2,5 tahun)
h.      umur yang tepat untuk dijual 18 bulan karena bobot badan rusa sudah stabil; penjualan di bawah umur akan rugi karena harganya rendah dan kesempatan untuk memanfaatkan kecepatan pertumbuhan badan yang baik/optimal akan hilang; penjualan di atas umur, akan rugi karena biaya pemeliharaan terus berjalan sedangkan pertambahan berat badan tidak ada.  Waktu yang tepat untuk penjualan rusa, pada saat musim kemarau dimana pakan segar sulit dijumpai
i.      harga jual rusa, didekati dengan cara mengetahui dan mempertimbangkan harga daging eceran serta produk lainnya di pasaran
j.        rusa yang ditinggalkan/disisakan harus lebih sedikit agar hemat biaya, lahan, dan memperoleh keuntungan yang cukup besar, minimal 10 ekor (2 ekor jantan dan 8 betina) dengan perbandingan ideal 1 : 4
k.      tahun ke 6, bibit sebanyak 5 ekor (1 ekor jantan dan 4 betina), apabila diperhitungkan dengan faktor resiko kematian 25 %, tinggal 4 ekor terdiri dari 1 jantan dan 3 betina
l.        pada akhir proyek (tahun ke 10), semua rusa dijual

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas diperoleh perkiraan produksi rusa seperti disajikan pada Tabel 1.  Komponen biaya kegiatan penangkaran rusa terinci pada Tabel 2, sementara sumber-sumber pendapatan  dan keuntungan dari usaha tertera pada Tabel 3.  Perhitungan lebih lanjut sebagaimana dimuat dalam Tabel 4, menghasilkan nilai-nilai Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate Ratio (IRR), masing-masing 77.000; 2,960 dan 38.767.

Kondisi ini menggambarkan bahwa usaha penangkaran Rusa Timor di NTT layak untuk dilaksanakan. Kegiatan penangkaran rusa cukup menguntungkan walaupun pada awalnya memerlukan biaya dan investasi yang lebih besar.  Usaha ini memerlukan luas lahan yang lebih kecil, akan tetapi dapat memberikan keuntungan yang jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan ternak-ternak yang sudah umum dikenal.

KESIMPULAN DAN SARAN


Dari pengalaman dalam menangkarkan Rusa Timor di NTT, dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni :

1.    Rusa Timor (Cervus timorensis timorensis) mudah ditangkarkan atau dipelihara karena daya adaptasi terhadap lingkungan di luar habitatnya cukup tinggi
2.    Penangkaran Rusa Timor apabila dalam jumlah banyak/besar, sebaiknya  ditangkarkan dalam areal semi terkurung (mini ranch) sedangkan apabila dalam jumlah kecil, bisa menggunakan sistem terkurung
3.    Nilai ekonomi Rusa Timor cukup tinggi karena selain dapat menghasilkan daging yang berkolesterol rendah, juga dapat menghasilkan tanduk dan kulit yang dapat dijadikan obat dan souvenir

Agar supaya Rusa Timor yang merupakan salah satu potensi sumberdaya alam di NTT dapat berdaya guna dan berhasil guna, perlu dilakukan penangkaran dalam skala komersial sehingga hasilnya dapat digunakan selain untuk menjaga kelestariannya, dapat juga dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan akan protein hewani dan meningkatkan pendapatan asli daerah.

 


DAFTAR PUSTAKA


Jacoeb, N.T; dan S.D. Wiryosuhanto.  1994.  Prospek budidaya ternak rusa.  Yayasan Kanisius.  Yogyakarta

Kelly, R.W.  1983.  Reproductive performance of Fallow and Red Deer.  Farmnote No. 79/83; 81/83.  Western Australian Department of Agriculture

Reksohadiprodjo, S. 1981.  Produksi Tanaman Makanan Ternak Tropik.  Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada.  Yogyakarta

Round-Turner, N.L.  1979.  Deer reproduction.  Mating, calving, and calf behaviour.  Bulettin of Farm Production and Practice.  Invermay Agricultyural Research Centre.  New Zealand

Schroder, T.O.  1976.  Deer in Indonesia.  Nature Conservation Department.  Wageningen

Takandjandji, M. 1993.  Pengaruh perbedaan manajemen terhadap pertumbuhan Rusa Timor (Cervus timorensis) di Oilsonbai dan Camplong, NTT.  Santalum Nomor 12.  BPK Kupang

---------------------. 1994.  Penangkaran Rusa Timor di Oilsonbai dan permasalahannya.  Ekspose hasil-hasil penelitian BPK Kupang

---------------------.  1996.  Prospek budidaya Rusa Timor (Cervus timorensis) sebagai ternak.  Prosiding Hasil-hasil Penelitian BPK Kupang

----------------------.   1997.   Teknik Penangkaran Rusa Timor.  Aisuli. Volume I Nomor 5.  BPK Kupang

----------------------; N. Ramdhani; dan M. Sinaga.  1998.  Penampilan reproduksi Rusa Timor (Cervus timorensis) di penangkaran.  Buletin Penelitian Kehutanan.  Volume 3 Nomor 1.  BPK Kupang 

---------------------- dan E. Sutrisno.  2000.  Pengembangan model mini ranch Rusa Timor dan kajian penangkaran oleh masyarakat.  Prosiding Ekspose/Diskusi Hasil-hasil Penelitian BPK Kupang

---------------------- dan R. Garsetiasih.  2002.  Pengembangan penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis) dan permasalahannya di NTT.  Prosiding Seminar Nasional Bioekologi dan Konservasi Ungulata.  PSIH-IPB; Puslit Biologi; Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.  Bogor

Toelihere, M. R.  1981.  Fisiologi Reproduksi pada ternak.  Penerbit Angkasa, Bandung

1 komentar:

  1. Blackjack casino - Dr.MD
    Blackjack 천안 출장마사지 is the most popular game among casinos 광명 출장마사지 in the world. In order to play Blackjack games you will need a 진주 출장마사지 minimum bet of $0 김해 출장마사지 and a maximum bet of 세종특별자치 출장샵 $50,000.

    BalasHapus